Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Peningkatan Kecerdasan Spiritual


PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA

A.       Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa perkembangan  dimana merupakan fase yang sangat penting dalam rentang kehidupan karena pada masa ini banyak hal yang terjadi.  Masa ini dikenal sebagai masa peralihan, perubahan, usia yang bermasalah,  masa pencarian identitas, masa tidak realistik dan masa ambang dewasa. Sepanjang rentang hidupnya seorang individu atau remaja memiliki sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus terselesaikan pada setiap tahapannya untuk menghindari berbagai hambatan atau permasalahan dalam diri individu tersebut.
Pada usia remaja, keadaan jiwa remaja yang masih labil rentan mengalami kegoncangan daya pemikiran abstrak, logik, dan kritis ketika menghadapi kehidupan. Permasalahan yang dihadapi remaja tidak bisa diselesaikan dengan mempergunakan kecerdasan  intelektual dan kecerdasan emosional namun kecerdasan spiritual penting untuk dimiliki siswa sebagai usaha untuk mengendalikan dorongan-dorongan negatif (pergaulan bebas yang bersifat patologis) yang dapat mempengaruhi perkembangan mental remaja, diperlukan sebuah kegiatan positif yang bersifat mengarahkan, menyadarkan, meningkatkan dan menjaga kondisi mentalnya sehingga berada pada tahap yang lebih baik. Sebab, mental yang sehat merupakan cita-cita dari setiap manusia yang berada di dunia. Maka, sebagai sebuah disiplin ilmu, psikoterapi yang berlandaskan ajaran-ajaran Islam dapat dijasikan sebagai medium bagi terwujudnya kesehatan mental remaja.
Untuk menghadapi berbagai permasalahan yang rentan dihadapi oleh remaja saat ini, bahkan telah mulai menjurus kepada kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang, diperlukan kemampuan untuk dapat melihat permasalahan yang ada secara holistik, dimana kita dapat melihat dengan lengkap seluruh keterkaitan permasalahan dan mampu untuk bersikap secara luwes. Hal ini dimungkinkan apabila seseorang itu memiliki Kecerdasan Spiritual yang tinggi.
Kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan di mana kita berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong berfungsinya secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient (IQ)  maupun Emotional Intelligence (EI).
Hasil Penelitian para psikolog USA menyimpulkan bahwa Kesuksesan dan Keberhasilan seseorang didalam menjalani Kehidupan sangat didukung oleh Kecerdasan Emosional (EQ – 80 %), sedangkan peranan Kecerdasan Intelektual (IQ)
hanya 20 % saja. Dimana ternyata Pusatnya IQ dan EQ adalah Kecerdasan Spiritual
(SQ), sehingga diyakini bahwa SQ yang menentukan Kesuksesan dan Keberhasilan
Seseorang. Dalam hal ini IQ dan EQ akan bisa berfungsi secara Baik/Efektif jika
dikendalikan oleh SQ.
Melalui layanan bimbingan, remaja akan merasa terbantu dalam menyelesaikan permasalahannya. Orientasi bimbingan tidak terbatas pada usaha membantu disaat mengalami masalah saja, tetapi layanan bimbingan lebih berorientasi kepada pencegahan, disamping mengambil peran aktif dalam segala tugas perkembangan remaja. Melalui bimbingan diharapkan akan menciptakan remaja yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual remaja semakin meningkat, sehingga individu yang bersangkutan dapat menyelesaikan permasalahnnya yang timbul dan meminimalisir gejala perilaku yang negative.

B.     Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yag telah diungkapkan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengembangan program bimbingan remaja siswa SMAN 24 Bandung
2. Bagaimana perkembangan kecerdasan spiritual remaja siswa SMAN 24 Bandung
3. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual remaja siswa SMAN 24 Bandung

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui dan mempelajari :
1.      Pengembangan program bimbingan remaja siswa SMAN 24 Bandung
2.      Perkembangan kecerdasan spiritual remaja siswa SMAN 24 Bandung
3.      Pelaksanaan program bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual remaja siswa SMAN 24 Bandung

D.       Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat sejalan dengan tujuan penelitian. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain :
1.      Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, dan juga sumbangan pemikiran kepada para akademis atau pihak lain dalam penelitian berikutnya mengenai program bimbingan dalam meningkatkan kecerdasan spiritual.
2.      Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru pelaksana bimbingan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjtnya.

1.      Konsep Bimbingan
Ø  Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu hal yang telah biasa digunakan dan dikenal oleh masyarakat,meskipun dalam pemahaman dan penggunaan yang beragam namun pada intinya relative sama, yaitu pproses bimbingan yaitu membantu. Melalui pelayanan bimbingan dapat membantu orang lain untuk menghadapi tantangan atau kesulitan dan mengatasi suatu masalah.  Pengertian bimbingan menurut para ahli adalah menurut Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat. Bimbingan dilakukan dengan maksud untuk memberikan bantuan kepada individu menyesuaikan diri  dengan keadaan baru, baik secara fisik mapun secara mental. Dalam menghadapi tugas-tigas yang berasal dari suatu sumber di luar individu sendiri, diperlukan bantuan dari orang lain untuk mecari penyelesaian.
Djumhur dan Moh. Surya, (1975 : 15 ) berpendapat bahwa
”Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.

            Sementara Rohman Natawidjaja (1987 : 37) mengartikan bimbingan
”suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.”

                        Dengan kata lain bimbingan memiliki beberapa serangkaian cara dan upaya, baik dari pembimbing maupun dari yang dibimbing dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu untuk suatu perubahan yang yang optimal dan positif. Proses pengembangan diri secara oprimal dapat dilakukan dengan cara mengenal dirinya sendiri, harus mengenal lingkungan hidupnya, harus membangun cita-cita yang ingin dicapai, harus menimbang beraneka dorongan motivasional yang terdapat dalam dirnya sendiri, harus mempertimbangkan alternative-alternatif yang terbuka baginya untuk mewujudkan cita-citanya, harus memperhitungkan kewajibannya terhadap sesame manusia, merencanakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai suatu tujuan.
                        Bimbingan bersifat membantu secara preventif yaitu menentukan langkah atau mengambil keputusan ke depan untuk menghindari munculnya masalah atau problem. Melalui bimbingan dapat membantu individu untuk mengatasi masalah atau tantangan dan mengatasi masalah, namun bantuan ini mensyaratkan bahwa orang yang dibantu telah sadar akan tantangan, kesuliatan atau masalah tersebut. Ini tidak berarti, bahwa orang yang belum sadar akan semua tugas yang seharusnya diselesaikan tidak dapat diberi bantuan.

Ø  Tujuan Bimbingan
Secara umum tujun bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan kemandirian secara optimal pada setiap tahap perkembangannya. Bimbingan dilakukan agar individu mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran dan kebebasan dam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika (2008 : 13) pemberian layanan bimbingan bertujuan agar individu dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkung­an pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka individu harus men­dapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.
Ø  Ragam Bimbingan
Istilah ragam bimbingan merujuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi focus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Menurut Syamsu Yusuf dan A Juntika (2008 : 10) ragam bimbingan dilihat menurut masalah antara lain :
a.       Bimbingan Akademik
Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah–masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah akademik yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas, dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
b.      Bimbingan Sosial-Pribadi
Bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah-masalah sosio-pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosio-pribadi adalah masalah nerhubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan da masyarakat tempat mereka tinggal dan menyelesaikan konflik.
c.       Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.
d.      Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
Hal senada diungkapkan Winkel, (113), menurut Winkel ragam-ragam bimbingan antara lain :
a.       Bimbingan karir,
Bimbingan karir ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. 
b.      Bimbingan akademik
Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai,, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
c.       Bimbingan pribadi-sosial
Bimbingan Pribadi-social berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiridan mengatasi berbagai masalah dalam batinnya, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesame di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Dari beberapa ragam bimbingan tersebut keseluruhannya memiliki hubungan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Ø   Program Bimbingan
Program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Untuk mengembangkan suatu program perlu didasarkan pada hasil observasi perkembangan social, perkembangan karir, perkembangan sosio-pribadi, perkembangan moral-religius dan perkembangan akademik. Terdapat beberapa komponen dalam program bimbingan dan penyusunan program bimbingan dengan memfokuskan perhatian pada program bimbingan di jenjang pendidikan mengengah.
Menurut Winkel (120) komponen dalam program bimbingan adalah saluran khusus untuk melayani para siswa, rekan tenaga pendidik yang lain, serta orangtua siswa. Kegiatan bimbingan ditujukan kepada siswa yang sedang mengikuti program pendidikan di sekolah. Komponen dalam program bimbingan yang mengandung pelayanan bimbingan langsung kepada siswa kerap disebut sebagai layanan bimbingan, yaitu jalur formal untuk memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa.
Model bimbingan dan konseling yang komprehensif dan berorientasi pada perkembangan, yang didalamnya terdiri dari empat komponen utama program bimbingan dan konseling, yaitu :
a.       Layanan Dasar; yakni layanan bantuan kepada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Tujuan layanan ini adalah untuk membantu peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, memperoleh keterampilan hidup, yang dapat dilakukan melalui strategi layanan klasikal dan strategi layanan kelompok.
b.      Layanan Responsif; yaitu layanan bantuan bagi peserta yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera”. Tujuan layanan ini adalah membantu peserta didik agar dapat mengatasi masalah yang dialaminya yang dapat dilakukan melalui strategi layanan konsultasi, konseling individual, konseling kelompok, referal dan bimbingan teman sebaya.
c.       Layanan Perencanaan Individual; yaitu bantuan kepada peserta didik agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahannya. Tujuan layanan ini adalah agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, merencanakan, atau mengelola pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier, dapat melakukan kegiatan atau aktivitas berdasarkan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukannya, yang dapat dilakukan melalui strategi penilaian individual, penasihatan individual atau kelompok.
d.      Layanan dukungan sistem; yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan dan konseling di sekolah secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf; konsultasi dengan guru lain, staf ahli, dan masyarakat yang lebih luas; manajemen program; dan penelitian dan pengembangan.
Dalam rangka pencapaian tujuan Bimbingan dan Konseling di sekolah, terdapat beberapa jenis layanan yang diberikan kepada siswa, diantaranya:
a.    Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
b.     Layanan Informasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan danpemahaman.
c. Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik   mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengantujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untukpengembangan.
d.      Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
e.       Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan. Layanan Konseling Perorangan; layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik apat mengentaskan masalah yang dihadapinya.
f.       Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Layanan Bimbingan Kelompok; layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahama dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamikakelompok.
g.      Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan Layanan Konseling Kelompok; layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
h.      Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i.        Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung, mencakup :
a.      Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
b.      Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
c.       Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagiterentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
d.      Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
e.       Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.

Ø  Jenis Program Bimbingan
Program bimbingan dan konseling meruoakan satuan besar atau kecil rencana kegiatan layanan dalam periode tertentu. Untuk itu program pelayanan konseling yang perlu dibuat oleh guru pembimbing guna merencanakan kegiatan bimbingan antara lain :
1. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu.
2. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu minggu tertentu dalam satu bulan.
3. Program buianan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu semester.
4. Program semester, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu semester tertentu dalam satu tahun ajaran.
5. Program  Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu tahun tertentu dalam satu jenjang sekolah.
Kelima jenis program tersebut satu sama lain saling terkait. Program tahunan didalamnya me!iputi program semester, program semester didalamnya meliputi program bulanan, program bulanan didalam meliputi agenda mingguan, dan agenda mingguan didalamnya meliputi agenda harian. Agenda harian ini merupakan jabaran dari agenda mingguan guru pembimbing pada kelas yang diasuhnya. Agenda ini dibuat secara tertulis pada buku agenda yang berupa satuan layanan dan atau satuan pendukung (RPP).


2.      Konsep Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual berhubungan denga kemampuan individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan mendasar  yang menyangkut keberadaaan manusia. Seperti mengapa manusia dilahirkan? Apa makna kehidupan manusia?. Kecerdasan Spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang terkait dengan makna dan nilai, menempatkan berbagai kegiatan dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas dan bermakna, mengukur dan menilai bahwa salah satu kegiatan atau langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari yang lainnya.
Danah Zohar dan Ian Marshal (2002 : 12) mengatakan bahwa
“kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk mengatasi masalah kebermaknaan dan nilai-nilai kehidupan, kemampuan untuk menempatkan  kegiatan dan kehidupan yang lebih bermakna, dan kemampuan untuk menilai kehidupan lebih berguna.”
Kecerdasan spiritual adalah suatu ragam konsep kecerdasan yang menyadarkan individu akan makna hidup, yang memungkinkan individu berpikir secara kontekstual dan transformatif sehingga kita merasa sebagai satu pribadi yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual. Kecerdasan ini merupakan sumber dari kebijaksanaan dan kesadaran akan nilai dan makna hidup, serta memungkinkan secara kreatif menemukan dan mengembangkan nilai-nilai dan makna baru dalam kehidupan individu. Kecerdasan spiritual juga mampu menumbuhkan kesadaran bahwa manusia memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri secara bertanggungjawab dan mampu memiliki wawasan mengenai kehidupan serta memungkinkan menciptakan secara kreatif karya-karya baru.
Temuan ilmiah yang digagas oleh Zohar dan Marshall pada tahun 1990-an, serta riset yang dikembangjan oleh V.S. Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God Spot pada otak manusia yang menunjukkan aktivitas yang intensif bila berbicara dan memikirkan hal-hal spiritual. Ini merupakan pusat spiritual yang berlokasi di lobe temporal otak. Melalui God Spot manusia memiliki kemampuan yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna. Begitu juga hasil reset yang dilakukan oleh Wolf Singer (ahli syaraf Austria), bahwa ada proses syaraf dalam otak yang menatukan dan memberikan makna kepada pengalaman hidup kita, dan menjadi dasar kecerdasan ketuga selain IQ dan EQ.  

Sehubungan dengan kecerdasan spiritual yang tinggi, terdapat beberapa cirri atau indicator sebagai berikut :
1.      Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu mampu beradaptasi secara aktif dan spontan
2.      Tingkat kesadaran yang dimiliki tinggi
3.      Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan mengambil hikmah darinya
4.      Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
5.      Memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
6.      Keengganan untuk mengalami kerugian atau kerusakan
7.      Kemampuan untuk melihat keterkaitan berbagai hal
8.      Memiliki kecenderungan bertanya "mengapa" atau "bagaimana jika" dalam rangka mencari jawaban yang mendasar
9.      Memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri.


Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa seseorang yang beragama belum tentu memiliki kecerdasan spiritual. Namun sebaliknya, bisa jadi seseorang yang humanis-non-agamis memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga sikap hidupnya inklusif, setuju dalam perbedaan (agree in disagreement), dan penuh toleran. Hal itu menunjukkan bahwa makna "spirituality" (keruhanian) disini tidak selalu berarti agama atau bertuhan.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS